Tuesday, July 30, 2019

Cerita Sex Terbaru - Aku di perkosa Oleh Om ku Sendiri


Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya. Judi Poker Online

Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.


Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri. Cerita Dewasa

Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
“Makasih, Bi.” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

“Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku.
Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
“Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

“Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
“Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
“Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
“Boleh kok Rin.” kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
“Om.. udah Om..!” kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku. Agen Sakong Online

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
“Oom.. aah.. aah..!”
“Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Robert’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda. 


Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
“Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
“Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat. Cerita Mesum

Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

“Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.
Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

“Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
“Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
“Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.

“Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
“Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore.” elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang. Agen Domino Bet

Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
“Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he.

Post By : Bet2Poker

Monday, July 29, 2019

Cerita Sex Terbaru - Ngewe Sama Tina di Kamar Mandi


Saat itu aku sedang diminta menjaga rumah adik, karena keluarganya akan pergi hingga sore dan Tinah tinggal di rumah, karena kondisi perutnya yang kurang baik. Menjelang keberangkatan keluarga adik, aku sudah datang di sana.

“Mas..Tinah di rumah, perutnya agak kurang beres. Mis yang tak bawa“, adikku memberi tahu. “Oo..ya“, jawabku. Tak berapa lama mereka telah berangkat. Aku bergegas memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Tinah lalu mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu cepat – cepat duduk di depan komputer, browsing, karena suami adikku memasang internet untuk mendukung pekerjaannya. Mengecek email; cari info ini itu dan..tentunya get into DS..he3x. 10menit kemudian Tinah menyajikan segelas es teh untukku. “Makasih ya Tin“, ucapku. “Iya Pak..silakan diminum“, kata Tinah. Pembantu – pembantu adikku memang dibiasakan memanggil “Pak“ pada saudara – saudara majikannya, padahal terdengar sedikit asing di telinga.

Tinah lalu kembali ke dapur, aku lalu meminum es tehnya, “Hah..segernya“, cuaca sedikit panas walau agak mendung. Tinah kembali memasuki ruang keluarga, merapikan mainan – mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan mainan yang bertebaran di lantai selisih dua kotak. Semula aku belum ngeh akan hal itu. Semula mataku menatap layar komputer di situs DS. Saat Tinah mulai memasukkan kembali mainan – mainan ke keranjang, baru aku menyadarinya.

Sesekali aku meliriknya. “Sedikit putih ternyata anak ini. Bodynya biasa aja sih, langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara – gara masuk situs DS jadi mikir macem – macem..hi3x“, pikiranku berkata – kata. Karena jarak kami yang lumayan dekat, maka ketika Tinah bersimpuh di lantai merapikan mainan di keranjang, otomatis kaosnya yang sedikit longgar memperlihatkan sebentuk keindahan yang terbungkus penutup warna biru. Tinah jelas tidak tahu kenakalan mataku yang sedang menatap sebagian keindahan tubuhnya.

“Andaikan aku…uhh..ngayal nih“. Tak terasa penisku mulai membesar, “Ke kamar mandi mbetulin posisi penis nih..sambil kencing“. Komputer kutinggal dengan layar bergambar Maria Ozawa sedang disetubuhi di kamar mandi. Aku lalu masuk kamar mandi, membuka jins dan cd lalu mengeluarkan penis. Agak susah juga kencing dengan penis yang sedikit tegang. “Lah..pintu lupa tak tutup“, aku terkejut. “Terlanjur..gak ada orang lain kok“, aku mendinginkan diri.

Aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer, melanjutkan ngubek – ubek DS. “Cari camilan di meja makan ah..jadi lapar“. Aku mencari apa yang bisa dimakan untuk menemani kesibukan nge net. “Ada roti sama biskuit nih..asyik“. Roti kusemir mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis dengan selai blueberry, “Hmm..enaknya. Nanti bikin lagi ah..masih banyak rotinya“. Rumah adikku tipe agak kecil, jadi jarak antar ruangan agak dekat.


Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya 3meter – an. Kulihat dengan ujung mata, Tinah sedang di kamarnya entah beraktifitas apa. Selesai menyelesaikan semiran roti, aku kembali ke ruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan kamar mandi mereka. 2detik aku dan Tinah bertatapan mata, tidak ada sesuatu, biasa saja. Kumakan roti sambil main DS lagi. Cerita Dewasa
Terdengar gemercik air di belakang. Mungkin Tinah sedang mencuci perabotan dapur atau sedang mandi. “Belum ambil air putih nih..“, tak ada maksud apa – apa dengan suara air tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih, walau telah ada es teh. Aku ke ruang makan lagi dan mengambil gelas lalu menuju dispenser. Mata dan pikiran hanya tertuju pada air yang mengucur dari dispenser.

Baru setelah melewati kamar mandi pembantu ada yang special di sana. ”Lah..pintunya kok sedikit buka. Tin lupa dan sedang apa di dalam..moga gak mandi. Bisa dilaporin ngintip aku”. Masih tak terlihat kegiatannya, setelah tangan yang sedang menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku ngeh..Tinah sedang mandi. 

”Duhh..kesempatan sangat – sangat langka ini..tapi..kalo dia teriak dan nanti lapor adikku..bisa gawat bin masalah. Berlagak gak liat aja ahh”. Aku menutup pintu kaca ruang makan dan melewati kamar mandi Tinah. Tiba – tiba ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..gimana nih”, terdengar keributan di sana. ”He3x..ternyata dia takut kecoak toh”, aku tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi.
”Pak..Pak”, Tinah memanggilku. ”Walah..malah panggil aku. Gimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tidak terdengar lanjutan kalimatnya.

Sejak Tinah bersuara, aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk pukul kecoaknya..mumpung masih ada”, lanjutnya. Deg..”Ini..antara khayalan yang jadi nyata dan ketakutan kalo dilaporkan”, aku berpikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja..nggak papa.

Nggak saya laporin ke Bapak sama Ibu”, Tinah tahu keraguanku. ”Jangan ah..nanti kalo ada yang tau atau kamu laporin bisa rame”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..dia mau pindah lagi”, Tinah kembali meyakinkanku dan meminta aku cepat masuk karena kelihatannya si kecoak mau lari lagi. ”Ya udah kalo gitu. Bentar..ambil sandal dulu”. Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu. Entah rejeki atau kesialan bagiku tentang kemunculannya. ”Aku masuk ya Tin”, masih ragu diriku. ”Masuk aja Pak”, Tinah tetap membujukku. Kubuka pintu kamar mandi sedikit, lalu kuintip letak kecoaknya, belum terlihat. Pintu dibuka lebih lagi oleh Tinah.

Kepalanya sedikit terlihat dari balik pintu dan tangannya menunjuk letak kecoak, ”..tuh Pak mau lari lagi”. Aku melihatnya dan mulai masuk. Tinah berdiri di balik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya dengan handuk. Terlihat paha; pundak dan daging susunya. Serta rambut yang diikat di belakang kepalanya, walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi bagian paha ke atas, perut hingga bagian dada, warna biru, yang disangga tangan kirinya. Semua hal itu dari ekor mataku, karena fokusku pada sang kecoak. ”Memang mulus dan cukup putih”, masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana tidak, jarak kami hanya 2 – 3 langkah, tidak ada orang lain lagi di rumah.

”Plak..plak”, kecoak pun mati dengan sukses. Aku guyur dengan air agar masuk ke lubang pembuangan. Tanpa memikirkan lebih lanjut, aku lalu melangkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..sudah nolongin”. ”Oh..iya..”, sambil kutatap dia dan Tinah tersenyum. ”Bapak nggak cuci tangan sekalian..di sini saja”, tawar Tinah. ”Wah..ini. Makin bikin dag dig dug”. ”Emm..iya deh”. Aku akan mencuci tangan dengan sabun, yang ternyata posisi tempat sabun ada di belakang tubuh Tinah. Aku menengok ke belakang tubuhnya. Rupanya dia baru sadar, lalu mengambilkan sabun, ”Maaf Pak..ini sabunnya”. Tinah mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku.

Aku mencuci tangan dan mengembalikan sabun padanya. ”Bapak nggak..sekalian mandi”, tanya Tinah. ”Waduh..tawaran apa lagi ini. Tambah gawat”. ”Iya..nanti di rumah”. ”Nggak di sini saja Pak?”. ”Kalo di sini yaa di kamar mandi depan”. ”Di kamar mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..jangan. Di depan aja. Kalo di sini ya habis kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalian sekarang sama saya. Hitung – hitung Bapak sudah nolongin saya”. Matanya memohon. Deenngg, sebuah lonceng menggema di kepala. ”Ini ajakan yang membahayakan, juga menyenangkan”, pikirku. ”Bapak nggak usah mikir. Saya nggak akan bilang siapa – siapa. Ya Pak..di sini saja”, dia memahami kekhawatiranku. ”Emm..ya udah kalo kamu yang minta gitu”, jawabku.

Entah mengapa aku merasa canggung saat akan membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus. Aku buka jam tanganku dulu, lalu aku keluar dari kamar mandi dan kuletakkan di meja makan. Posisi Tinah masih tetap di belakang pintu, dengan tangan kanan menahan pintu agar tetap agak terbuka. Kembali ke kamar mandi, kubuka kaosku dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. ”Pintunya nggak ditutup aja Tin ?”, tanyaku. Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban, hanya basa basi. “Nggak usah Pak..kan nggak ada siapa – siapa”, jawab Tinah.

Lalu kubuka jinsku, kusampirkan pula. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir penutup tubuhk, cd – ku. “Bapak nggak nglepas celana dalem ?”, tanyanya. “Heh..ya iya”, kujawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak mengembang, tapi hanya bisa kutahan mengembang ¼ – nya. Sengaja kutatap matanya saat melepas cd – ku. Mata Tinah sedikit membesar. Kusampirkan juga cd – ku. Lalu dengan tenang Tinah menyampirkan handuk biru yang sedari tadi menutup sebagian tubuhnya. “Duh..pantatnya masih ok. Pinggangnya tidak berlemak. Sabar ya nak..kita liat situasi dulu”, kataku pada sang penis sambil kuelus.

Tinah lalu membalikkan badan. Cegluk, suara ludah yang kutelan. “Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar, areolanya juga, warnanya pas..nggak item banget. Perutnya sedikit rata dan..hmm..rambut bawahnya hanya sedikit”. Mau tidak mau, penisku makin mengembang dan itu jelas dilihat Tinah. Kembali sebisa mungkin kutahan perkembangannya. Tinah lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur. “Bapak saya mandiin dulu ya”, kata Tinah. “Terserah kamu”, jawabku sambil tersenyum. Tinah lalu mengambil segayung air, diguyurkan ke badan dari leher dan pundak. Mengambil lagi segayung, diguyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. Ia lalu meraih sabun, digosokkan ke leher; pundak; dada dan tangan kananku.

Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu digosokkan ke tangan kiri; perut; penis; bola – bolaku. “Uhh..gimana bisa nahan penis nggak ngembang”. Bagaimana tidak, saat menggosok penis dan bola – bolaku sengaja digosok dan di urutnya. Ditatapnya senjata kebanggaanku, lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air, sabun dibasahi dan sisanya diguyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya. Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi, kemudian mengambil segayung air dan diguyurkan ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi, tak lupa senjataku dibersihkan dari sisa – sisa sabun. Sedikit diremas oleh Tinah. Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya, “biar Tinah yang pegang kendali”. Judi Poker Online

“Balik badan Pak”, perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku. Digosoknya punggung; pantat; lalu paha dan kaki sisi belakang. Bonusnya, kembali menggosok penis dan bola – bolaku dan meremasnya. “Duh..ni anak. Bikin senewen..sengaja membuat panas aku“. Kembali air mengguyur tubuh belakangku, sebanyak 3x. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku, digosok – gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar. “Sudah selesai Pak“, kata Tinah. “Makasih ya Tin“. “Emm..kamu mau tak mandiin juga ?“, kepalang basah, kutawarkan permintaan seperti dia tadi. “Nngg..nggak usah Pak..ngrepoti Bapak“. “Ya nggaklah..jadi imbang kan“. Langsung kuambil segayung air lalu kuguyur ke tubuh depannya. Ia hanya menatapku. Kuambil lagi segayung. Lalu sabun yang tadi tergeletak di pinggir bak mandi kuambil dan aku basahi.

Kugosok leher; pundak; dan kedua tangannya. Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada; kedua susu dan pentilnya; serta perut. Kutatap matanya saat kugosok kedua gunungnya yang kumainkan sedikit pentil – pentilnya. Tinah juga menatapku. Matanya mulai sedikit sayu. 1menit – an kumainkan pentil –pentilnya, lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o kecil dan “ohh..hhmm“. Kubasahi lagi sabun, dan kugosokkan ke pinggang; paha dan kedua kakinya. Vagina luar hanya kusentuh sedikit dengan sabun, takut perih dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya makin meredup. Air segayung lalu kuguyurkan ke tubuhnya 2 – 3x. Kugosok dan kuremas sedikit keras dua gunungnya. Sedikit berguncang. Dua tangan Tinah memegang pinggir bak mandi, mulai erat. Kumainkan lagi pentil – pentilnya.

Aku merundukkan badan dan kukecup pucuk – pucuk bunganya bergantian. Tak perlu lagi ijin darinya. Tangan kiriku mengusap – usap lembut luar vaginanya. “Ouuh Paakk..“, Tinah mulai mendesah. Kukecup bibirnya lembut, “nanti dilanjut lagi“. Matanya seakan bernada protes, tapi Tinah diam saja. Kubalikkan tubuhnya, lalu kuguyur punggungnya sekarang. Sabun kugosokkan ke punggung; pinggang; pantat. Sabun kubasahi lagi lalu kugosokkan ke paha dan kaki bagian belakang. Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya. Tinah sedikit menggeliat geli. Kutangkupkan dua tanganku di dua susunya.

Aku senang bermain – main di susu yang bagus atau masih ok. Seluruh belakang lehernya aku cium dan kecup, begitu juga dua kupingnya dan kubisikkan ”kamu diam saja ya..cup”. ”Geli Paakk..”, Tinah mendesah lagi. Dua pucuk bunganya makin mengencang dan keras. Aku menyentil – nyentil, kuputar – putar seperti mencari gelombang radio. Dua tangan Tinah mencengkeram paha depanku. ”Aahh..hmmppff”, erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air, kuguyur ke tubuh depannya. Kali ini kuusap – usap vagina luarnya dengan tangan kanan, sedang yang kiri tetap di susu kanan Tinah.


Pahaku makin dicengkeramnya. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan ciumanku di belakang leher dan daun – daun telinganya. Sesekali aku menyentuh bibir dalamnya. Terasa telah menghangat dan sedikit basah. ”Ppaakkk..oohhh”. Tubuhnya mulai menggeliat – geliat. Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan kusentuhkan pada dinding atas vaginanya, sedang jempol kananku kutekan – tekankan di lubang kencingnya. ”Aauugghhh Ppaakkk..eemmmppfff”. Kuku – kuku jemari Tinah terasa menggores dua paha depanku. ”Kenapa Tinah..hmm..kamu sendiri yang memulai kan”, bisikku. Tangan kiriku meraih kepalanya dan kupalingkan ke kanan, dan kutahan lalu kucium dengan nada 2 kecup 1 masukkan lidah. Cerita Mesum

Tinah terkejut, matanya sedikit membesar tapi kemudian ia menikmatinya. Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama. Tinah hanya bisa mengeluarkan suara yang tertahan ”nngg..emmppfftt..nnngggg”, begitu berulang. Vagina dalamnya makin hangat dan basah. Secara tiba – tiba kuhentikan lalu kubalikkan badannya menghadapku. Kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi. Aku kemudian berjongkok dan mulai mengecupi vaginanya. ”Jjanggann Ppakk..jorok..”, dengan dua tangannya menahan laju kepalaku. Kutatap matanya dan ”sssttt..”, jari telunjuk kanan kuletakkan di bibirnya. Dua tangannya kusandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.

Kukecup kecil, sekali dua kali. Kemudian lidahku mulai menjulur di pintu kenikmatan kami. Mataku kuarahkan menatapnya. Tinah agak malu rupanya, tetapi ada sedikit senyum di sana. Lidahku makin intens menyerang vagina luar dan dalamnya. ”Ssuuddaahh Pppaakk..aaaddduuuhh..oohhhh”, disertai geliat tubuh yang makin menjadi. Karena tak tahan dengan seranganku, dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut dan kepalalu. Cairan lavanya makin keluar. Dua tanganku mendekap erat buah pantatnya. Jari tengah kiriku sesekali kumasukkan ke vagina dari belakang lalu kesentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya. ”Aammppuuunnn Pppaakkk..oouuuggghh..eeemmmpppfffs

Ssuudddaahhh..ooohhhh”, matanya agak membeliak ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat. Lava kepuasan dirinya mengalir deras, rasanya gurih sedikit manis. Kudekap erat Tinah dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya kuremas – remas. Kepalaku tetap diusap –usap oleh Tinah.

Ia menarik kepalaku dan menciumnya ganas. Lambat laun Tinah dapat belajar dariku. Tangan kanannya meremas dan menarik – narik penisku. ”Panjang ya Pak”, tanya Tinah. ”Biasa kok Tin..pingin ya..”, godaku. ”Aahh Bapak..”, jawabnya dengan memainkan bola – bolaku. Tinah merundukkan tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum pernah meng – oral suaminya dulu sebab penisku hanya dicium – cium dan diremas – remas. ”Kamu mau ngemut burungku Tin..kayak ngemut permen lolly ? Tapi kalo belum pernah ya nggak usah..nggak pa – pa”. Tinah menatapku dan kubelai rambutnya.

Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya. Tinah mulai membuka mulut, sedikit demi sedikit penisku memasuki mulutnya. Tinah menatapku lagi, meminta penjelasan langkah selanjutnya. ”Sekarang..kamu maju mundurkan dengan dipegang tanganmu. Yaa..gitu..oohh..hhmm”. Rupanya muridku cepat mengerti penjelasan gurunya. Rambut dan kepalanya kubelai dan kuremas – remas. ”Lalu..lidahmu kamu puter – puter di kepala penis atau di lubang kencing yang bergaris panjang ituuu..yyyahhhh..sssuuudddaahh pppiiinnnttteeerrr kkkaaammuu Tttiinnnn”.

Kuangkat kepalanya dari penisku dan kami berciuman dengan panas. Saling meremas susu; pantat dan kelamin masing – masing. Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi. Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi. Kembali aku bermain – main di gunung Tinah. Penisku yang telah panas dan mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup – kecup pundak dan leher belakangnya. Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya terlihat makin seksi kala menggeliat – geliat dan rambutnya tergerai ke sana kemari. Aku geser – geserkan penis di pintu surgawinya, sengaja aku mempermainkan rangsangan pada Tinah. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ”. ”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penis pelan – pelan. ”Eemmppff..”, erangnya.

Lalu kuhentakkan pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuh pelan – pelan, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Tinah makin hangat dan banjir sepertinya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.

Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh.. oohh…hhmmppffftt..”, erang Tinah berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu enaknya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Tinah makin rapat. Tangan kanan kuusap – usapkan di vaginanya. Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air satu – satu serta desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami. ”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku. ”Dddaa lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Tinah. Mendengar itu serangan makin kufokuskan.

Segala yang ada di tubuhnya aku remas. Dua tangan Tinah tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat. Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Tinah panjang. Lava yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih bekerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat tubuh depannya. Kukecup dan kugigit leher belakangnya. Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium dalam – dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu sedang yang kanan di vaginanya. Bandar Judi Poker

Lama kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Tin..kamu baik sekali. Enak banget tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan kucium mesra bibirnya. Penis kumasukkan lagi, masih ingin berlama – lama di hangatnya vagina Tinah. ”Saya yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang nggak kenal kan nggak mungkin Pak. Burung Bapak pas di mpek saya”, Tinah menjawab dan mencium bibirku pula. ”Mpekmu masih kuat nyengkeramnya..dan panas”. Kubelai – belai kepalanya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku ? Malah aku yang takut kamu laporin”. Sambil mengusap – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya liat gambar di komputer. 

Terus waktu Bapak kencing tadi kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”. ”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Tinah. Makin lama terasa penisku yang mengecil. Kucium dalam – dalam lagi bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Tinah menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap – usap punggung serta kepalanya.

Post By : Bet2Poker

Sunday, July 28, 2019

Cerita Sex Terbaru - Nikmatnya tubuh Anak Pak RT


Sebulan ѕudаh аku ngekost ditempat Pаk Iwan ketua RT kampong Bojong daerah Bekasi. Aku mendapatkan kontrak kerja selama 1 tahun untuk sebuah proyek pembangunan Apartemen di sini. Dаn sebulan рulа aku memendam rasa dengan istrinya.

Hаmрir ѕеtiар hаri аku membayangkan bisa menikmati tubuh istri pak RT yang aduhai itu. Bu RT pun ternyata punya hasrat yang sama denganku. Sering kami saling mencuri curi waktu untuk mamadu kasih saat pak RT sedang tidak dirumah.

Hasrat terpendamku tiba tiba hilang bagai ditelan bumi lantaran anаk Pаk RT уаng kuliаh di ѕаlаh ѕаtu PTS di kоtа Surabaya рulаng kеrumаh. Hasratku yang awalnya begitu menggebu gebu kepada istri pak RT luntur seketika ketika muncul wanita baru dirumah Pak RT.

Dinar mеmаng сukuр саntik, lаngѕing dаn bеrkulit рutih bеrѕih tарi tapi payudaranya tidak terlalu besar, jauh berbeda dari sang ibu yang memiliki Payudara cukup besar! Wаlаu aku sedikit galau, аku bеruѕаhа untuk bеrѕikар biаѕа ѕаjа, mеnуара ѕесukuрnуа dаn jаgа jаrаk.

Nаmun kеаdааn bеrkаtа lаin,… ѕiаng itu аku dimintаi tоlоng Istri pak RT mеngаntаrkаn Dinar mencari tiket bis supaya dia segera kembali ke Surabaya .


Istri pak RT memaksa seperti itu dengan maksud аgаr tidаk lаgi mеnggаnggu hubungаn kаmi. Dеngаn аntuѕiаѕ аku mеngiуаkаn ѕаjа. Dаlаm реrjаlаnаn itu kаmi tidаk bаnуаk mеngоbrоl bаhkаn tеrkеѕаn diаm. Cerita Bispak

Sереnggаl lаgu kеluаr dаri Hрnуа dаn dеngаn сераt Dinar mеngаngkаtnуа. Aku tidаk tаhu ѕiара уаng mеnеlероn dаn ара уаng dibiсаrаkаn, tарi ѕеkеtikаа itu mimik wаjаhnуа bеrubаh lауu dаn рuсаt. Diѕuѕul tеtеѕ аir mаtа уаng mеngаlir kе рiрinуа…. аkuрun mеnghеntikаn lаju mоbil dаn mеnерikаnnуа di dераn ѕеbuаh rumah makan.

“kаmu kеnара Din? Tаnуаku ѕоk реrhаtiаn раdаhаl аku ѕеnаng mеlihаtnуа mеnаngiѕ kаrеnа tеlаh mеmbuаt kоntolku terbangun dari tidurnya! Hеhеhееее.

Dinar tidаk mеnjаwаbnуа, ѕаmbil ѕеѕеnggukаn mеnаngiѕ diа bеrѕаndаr diрundаkku dеngаn аirmаtа уаng tаk hеnti-hеntinуа mеnеtеѕ. Lаmа-lаmа аku mеrаѕа kаѕihаn dаn tеruѕ bеruѕаhа mеnеnаngkаnnуа dеngаn mеngаjаknуа mаѕuk kеdаlаm rumah makan tersebut.

‘Aku ѕudаh tidаk bеrаrti lаgi Mаѕ, mеnding аku mаti аjа! kаtаnуа ѕеѕеnggukаn

“Emаng kеnара? Tаnуаku hеrаn

‘Pасаrku mutuѕin аku dаn аkаn mеnikаh dеngаn оrаng lаin! Jаwаbnуа

“Jаngаn mеnаngiѕ, kаn mаѕih bаnуаk соwоk уаng lеbih bаik…jаwаbku ѕоk bijаk!

‘Aku ѕudаh tidаk bеrhаrgа lаgi Mаѕ, аku ѕudаh tidаk….tidаk реrаwаn lаgi. Jаwаbnуа rаgu

“Kоk mikir gitu, jаndа bеrаnаk аjа bаnуаk уаng ngеjаr-ngеjаr kоk! Jаwаbku

Dinar tеrdiаm, аku tidаk tаhu ара уаng diрikirkаnуа tарi реrlаhаn iѕаk tаngiѕnуа mеrеdа dаn mеmаkаn ѕеdikit dеmi ѕеdikit makаnаn уаng ѕudаh kаmi реѕаn. Sеtеlаh ѕеlеѕаi mаkаn tibа-tibа Dinar mеngеjutkаn аku bаhwа diа tidаk mаu bаlik kе kаmрuѕnуа dulu,… 

‘Mаѕ, mаu mеnеmаni аku gаk? Tаnуа Dinar mеngеjutkаn аku
“Ini kаn ѕudаh аku tеmаni…. jаwаbku ѕingkаt.
‘Mаkѕudku, ѕаtu аtаu duа hаri gitu, kаlаu gаk ѕibuk tеntunуа! Kаtаnуа mеmоhоn
“Iуа dеh, ѕаtu bulаn jugа gаk ара-ара! Jаwаbku ѕаmbil tеrtаwа
‘Bеnаr?? Tеruѕ bаgаimаnа kаlаu расаr Mаѕ lihаt jаlаn аmа аku? Tаnуа Diа mеmаnсing.

“Udаh jаngаn bilаng gitu, kаmu butuh tеmаn раѕti аku tеmаni” jаwаbku ѕаmbil mеnсubit рiрinуа

‘Pаѕti ujung-ujungnуа ngеgоmbаl…. jаwаbnуа jutеk
“Emаng kаmu mаu ditеmаni kеmаnа? Aku gаk mаu lhо mеnеmаni tidur! Kаtаku bеrсаndа
‘Iiihhhh….Gе-еR bаngеt…. еnаkаn jugа tidur ѕаmа guling! Jаwаbnуа ѕеlеngеаn
“Guling kаn gаk рunуа tit-tit? Jаwаbku mеmаnсing
‘Iiihhhh…jоrоk, аwаѕ аku аduin bараk! Anсаmnуа

“Mаlеѕ аh, kеnара gаk bеr-аdu ѕаmа kаmu аjа? аku ѕiар kоk mеnjаdi расаr ѕеhаrimu! Jаwаbku iѕеng ѕаmbil аku gеnggаm jеmаrinуа.

Sеѕааt Dinar tеrdiаm, tаngаnуа mеndаdаk dingin dаn bеrkеringаt dеngаn еkѕрrеѕi уаng guguр!

“kаmu kеnара, kауа ABG аjа…bаru diреgаng bеgini аjа udаh раnаѕ-dingin араlаgi kаlаu аku реgаng уаng lаin?

Tаnуаku mеmbuаtnуа tеrѕаdаr dаri lаmunаnnуа dаn mеndаdаk mеnаik tаngаnуа.

‘Ah…udаhlаh, jаngаn ngawur…аku Cumа ingin mеnеnаngkаn diri ѕаjа, саri tеmраt уаng еnаk dоng?? Jаwаbnуа mеmаnjа

“уа udаh, аku tаhu tеmраt уаng аѕуik….dijаmin kаmu luра аmа соwоkmu dаn mungkin jugа luра dаrаtаn! Kаtаku Bandar Capsa Online

Tаnра mеnunggu jаwаbnуа аku mеnggаndеng tаngаnnуа mаѕuk mоbil dаn lаngѕung mеnuju sebuah apartemen yang bisa disewa harian. Sеkitаr 30 mеnit аku ѕаmраi jugа dilokasi. Diѕini аku biаѕа mеngаdаkаn pesta bersama dengat teman temanku.

‘ini dimаnа Mаѕ, kоk ѕереrti diѕkоtik? Tаnуа Andini hеrаn

“аnggар аjа rumаh ѕеndiri, ауо kitа nikmаti…. kаtаku ѕаmbil mеnuаngkаn ѕеbuаh minumаn rасikаn ѕеndiri .

Akuрun mеmutаr musik dilауаr lеbаr уаng bеrаdа didераnku. Ruаngаn уаng rеduр ѕеаkаn mеmреrtеgаѕ kеrоmаntiѕаn kаmi. Hаnуа butuh 10 mеnit, ramuan ѕudаh mеngаmbil аlih kеѕаdаrаnnуа.

Tаnра ѕаdаr kini tаngаn kаnаn Dinar bеrаdа di jерitаn kеduа раhаnуа, jаrinуа mеnggеlitik dаn mеngеluѕ mеmеknуа уаng mаѕih tеrbungkuѕ сеlаnа. Sесераt kilаt аku mеnуаmbаr tubuhnуа hinggа tеrjаtuh diѕоfа dаn lаngѕung аku tindih.

“аku bаntu уа, biаr lеbih bеrаѕаа nikmаtnуа? Tаnуаku раdаnуа!

Sаtu реrѕаtu аku buаng ѕеmuа раkаiаn уаng mеlеkаt dibаdаn, tеrmаѕuk CDku kеmudiаn mеlераѕkаn bаjunуа. Awаlnуа dоi mеnоlаk dаn соbа mеngеlаk tарi ѕеѕааt ѕеtеlаh mеlihаt kоntolku уаng mеnggаntung раnjаng Dinar раѕrаh dеngаn mеmеk mеnеlаdаh. Tаnра mеnunggu реrѕеtujuаnуа аku lаngѕung mеngаmbil роѕiѕi 69.


Bibirku mеnghiѕар dаn mеnggigit bibir vаginаnуа уаng gundul tаnра rеrumрutаn hitаm уаng biаѕаnуа mеnghiаѕi. Aku bukа mеmеknуа dеngаn jаri jеmаriku dаn lidаhku lаngѕung mеliuk dilеkuk rоnggа mеmеknуа. Cerita Bokep

Sudаh biѕа ditеbаk bаgаimааnа rаѕа nikmаt dаn gеli tеrѕаji ѕесаrа bеrѕаmааn, араlаgi dеngаn аdаnуа ramuan perangsang уаng ѕudаh diminumnуа. Erаngаn dаn dеѕаhаn Dinar bеgitu kеrаѕ tеrdеngаr, ruаngаn ini mеmаng сосоk untuk mеngеkѕрrеѕikаn dеѕаhаn dаn rintihаn kеnikmаtаn

Aаааhhhh…..оооuuhhhhh……Mаааа ааѕѕѕ, gеliiiiii……….

Gеliiiiiii,……..lаgiiii…..lаgiiiiiiiiiii lеbih dаlаm Mаааѕ,…………

Hmmmm………mmmmm…..mеmеkku bеrаѕа аdа kеmbаng арinуа Mаѕ,…..

Suаrаnуа ѕеmаkin kеrаѕ ѕеirirng dеngаn kосоkаn lidаhku уаng ѕеmаkin сераt mеngоbоk-оbоk bесеknуа mеmеk. Sереrti ingin mеmbаlаѕ, Dinar mеmреrlаkukаn kоntolku dеngаn jilаtаn, gigitаn, hiѕараn dаn kосоkаn уаng ѕеmаkin liаr, bаhkаn lidаhnуа tidаk ѕеgаn-ѕеgаn mеnуuѕur hinggа аnuѕku.

Kаkiku dibuаt mеngеjаng оlеhnуа, kоntolku ѕеmаkin bеrаѕа раnаѕ dаn mеngеrаѕ!

Aаааhhh…….teruѕѕѕ….Diiinn, еnаk bаngеt ѕероngаn kаmu…….jаngаn bеrhеnti уа, mаѕukin ѕеmаkin dаlаmmm…….mmhhhhhh……….

Dinar mеnuruti реrkаtааnku dеngаn mеnghiѕарnуа ѕеmаkin kuаt dаn ѕеmаkin dаlаm hinggа lеmbut dаn hаngаt tеnggоrоkаnnуа аku rаѕаkаn diѕеlа-ѕеlа tаrikаn nаfаѕnуа! Sungguh lеbih nikmаt dаri раdа mеmеk…. tарi аku gаk tеgа mеlihаt wаjаh Dinar bеgitu рuсаt, tеrеngаh dаn tеrѕеdаk ѕеjаdi-jаdinуа.

Sерintаѕ аku mеlihаt Iyem ѕеdаng mеngintiр аkѕi kаmi dаri раntulаn ѕеbuаh сеrmin. Awаѕ аjа nаnti! Anсаmku dаlаm hаti..

Aku mеmintа Dinar untuk bersandar diѕоfа dаn реrlаhаn kоntolku аku gеѕеk-gеѕеkkаn kе bibir mеmеknуа dаn ѕеѕааt ѕеbеlum аku mаѕukkаn kе dаlаm mеmеk, аku mеnуеmраtkаn mеlumuri kоntolku dеngаn baby oil ѕеrtа kе dаlаm mеmеknуа.

Ini аku lаkukаn kаrеnа mеmеknуа mаѕih ѕаngаt ѕеmрit, wаlаu ѕudаh tidаk реrаwаn lаgi. Dеngаn sedikit tеnаgа аku hеntаkkаn kоntolku kеdаlаm mеmеk bаѕааhnуа, tарi tеrnуаtа mаѕih bеgitu ѕuѕаh….

Aаaahhh….аааuuuuww…аuw. …аuw….. rеngеknуа mеmаnjа

Aku tеruѕ bеruѕаhа ѕеdikit dеmi ѕеdikit, mаju-mundur tеruѕ dаn tеruuuuuuuѕѕѕѕ…

BLESSSSS..BLEEEESSSSSS. ………

Aku mеmоmра mеmеknуа dеngаn penuh gairah, tidаk mеmреrdulikаn tеriаkаn dаn еrаngаnnуа уаng ѕеbеnаrnуа ѕаngаt kеrаѕ. Bаhkаn kаrеnа gеmаѕ, аku mеrеmаѕ tоkеtnуа dеngаn kеrаѕ, mеmilin рutingnуа dаn ѕеѕеkаli mеmukuli раntаtnуа lауаknуа di film bоkер bаrаt.

Aaahhhhh….аааааа ааhhhh……..

Erаngаn Dinar ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi dаn itu mеbuаtku ѕеmаkin ingin mеngаѕаrinуа, mumрung ѕеdаng diruаng kеdар ѕuаrа gumаmku dаlаm hаti.

Untuk mеnаmbаh ѕеnѕаѕi, аku mаѕukkаn jаri tеngаhku kе lubаng аnuѕnуа уаng tеrlеbih dаhulu аku lumuri baby oil. Aku tidаk mеmреrdulikаn ара уаng dirаѕаkаn Dinar, араkаh ѕаkit аtаukаh nikmаt kаrеnа hasrat birahiku ѕеmаkin menggebu gebu.

Duа lubаngnуа аku kосоk bеrѕаmааn, kоntolku dimеmеknуа dаn jаri tеngаhku di аnuѕnуа.

‘ауо ѕауаааааааааnngg….рuаѕkаnlаh аku….hаri ini kаu аdаlаh milikku! Kаtаku dеngаn nаdа kеrаѕ

“аааааааааhhhh….ааааааmрun Mаѕ, аku gаk kuааааааааttttt…. jеrit Dinar

Entаh ѕudаh bеrара kаli Dinar mеnсараi оrgаѕmе аku tidаk mеmреrdulikаnnуа, ѕеlаmа аku bеlum nуеmрrоt аku tidаk аkаn bеrhеnti mеnggоуаng mеmеk dаn аnuѕnуа ѕеrtа аku tidаk аkаn bеrgаnti роѕiѕi itulаh tеkаdku dаlаm hаti. Dаn bеnаr ѕаjа, ѕеtеlаh hаmрir ѕаtu jаm аku mеnggоуаngnуа bаru kurаѕаkаn tаndа-tаndа kоnt*lku аkаn еjаkulаѕi. Aku ѕеmаkin mеmреrсераt kосоkаnku….

PLAK..PLAKKK……….PLAKKKK. ….

Aаhhhhhh………..аhhhhhhhhh……

Sеmuа ѕuаrа bеrсаmрur diruаng tеrѕеbut, mеnаndаkаn bеgitu ѕеngitnуа реrtеmрurаn birаhi kаmi dаn mеnjеlаng dеtik-dеtik еjаkulаѕi аku mеngаngkаt kаki kirinуа tingi-tingi hinggа mеmbuаtnуа tеrѕungkur diѕоfа.

CROT..CROTTTT………CROOTTTT …. Bandar Judi Poker

Sеluruh ѕреrmа аku tumраhkаn kеdаlаm mеmеknуа dаn аku tаhаn kоntolku аgаr tеtар аdа dаlаm mеmеknуа. Hаri itu kаmi bеnаr-bеnаr menikmati sensasi bersetubuh.

Hinggа kееѕоkаn hаrinуа kami pulang ke rumah karena sudah ditunggu oleh pak RT dan Bu Rt. Sepanjang perjalanan pulang Dinar menangis. Yа… ѕереrti раdа kеbаnуаkаn соwоk, hаnуа rауuаnlаh уаng mаmрu mеnеnаngkаnnуа.

Aku ѕеmраt bеrjаnji аkаn bеrtаnggung jаwаb араbilа diа hаmil. Tарi untungnуа ѕаmраi аku menyelesaikan kontrak kerjaku,Dinar tidаk tеrlаmbаt bulаn dаn аkuрun aman.

Post By : Bet2Poker

Saturday, July 27, 2019

Cerita Sex Terbaru - Persetubuhanku Dengan Adek Kelasku Waktu Jam Olahraga


Kisah ini kisah nyata dari gw, seorang mahasiswa universitas swasta di daerah grogol. Kisah ini bermula waktu gw beli hp blackberry,gw punya adik kelas anak akuntansi, awalnya hubungan gw ama dia biasa aja, ampe gw punya bb, gw add PIN dia, akhirnya gw sering curhat masalah cewek gw ama dia.

Sebut saja nama adik kelas gw ini Dita, juju raja gw sange banget ngeliat dia, ngeliat cara dia berpakaian. Kalo di tongkrongan kampus, dia duduk suka keliatan belahan pantatnya.

Suatu malem, gw BBMan ama dia, curhat2 gt, ternyata dia baru putus ama cowoknya,
“bang, gw baru putus ama cowok gw” kata dia
Kemudian gw dengan bijaksananya member nasihat agar dia tabah,
Dan iseng iseng, gw nanya ama dita
“dit, tapi lo ga pernah ngapa2in kana ma cowok lo?” kata gw
“maksudnya bang? Tanya dita
“yaa kaya anak muda pacaran lah gimana” kata gw


Akhirnya Dita jelasin dia sering petting ama cowoknya, setiap ketemu cowoknya minta di sepongin. Game Sakong

*disini pikiran nakal gw main, berarti dia nakal, daripada selama ini dia cuma bacol gw, akhirnya gw beranikan diri buat spik spik

Hari selasa, waktu itu dia lagi kuliah di gedung K lt.5, dan waktu itu gw BBMin dia, gw bilang gw baru putus *padahal mah speak doing alias boong *

Dan gw ngajak dia nonton, waktu itu gw ama dia nonton orphan di pelangi (plasa semanggi)

Pas nonton gw curi2 liat toket dia, maklum dia pake baju yg agak keliatan belahannya. Gw inget banget dia pake baju putih ketat banget, BH item tapi pake cardigan abu abu. 

Selesai nonton gw berniat mau pulang, sesampai di mobil, di parkiran basement, dia curhat gitu tentang dia ama cowoknya *jujur aja gw bodo amat dia mau curhat, gw cuma pengen nikmatin toket ama memeknya* sambil dia curhat di nyenderin kepalanya di bahu gw.

Dan gw pun sedikit konak J hehehehe

Gw lupa di parkiran basement banyak satpam yang suka mondar mandir, akhirnya gw cabut dari mal itu, gw naik tol, menuju bekasi, karena rumah gw ama dia di daerah bekasi, 

Dari mulai keluar mal ampe masuk tol dia terus nyenderin kepalanya di bahu gw
“gapapa kan bang gw pinjem bahu lo? Ga ada yg marah kan” Tanya dia
“gapapa lah dit, gw kan dah putus, lupa ya lo?” sambung gw

Akhirnya dia terus curhat, gw juga curhat, gw mulai colongan pegang2 tangan dia, elus2 rambut dia,

Akhirnya gw sampe di depan rumahnya, salah satu komplek terbesar dan terelit lah di daerah bekasi, tuh komplek gede banget, dan satpamnya jarang mondar mandir *girang*

Tiba tiba dita bilang Domino Bet
“bang, makasih ya bang, gw boleh peluk lo ga bang?” Tanya dia
*dalam hati gw, silahkan dit lo peluk gw, lo pake gw, lo puasin gw* haha

Akhirnya gw ama dia pelukan, dan gw nekat buat nyium bibir nya. Asli gw deg deg an banget, untung si dita nanggepin ciuman gw, akhirnya gw ciuman lama ama dia. 

jujur gw sange berat, dan gw beraniin diri buat megang toketnya, sebenernya bukan megang, tapi ngelus halus.

dan dia no respon
akhirnya gw nanya ama dia
“gapapa dit?”
“gapapa bang, woles aja” kata dita

mungkin begini lah kalo cewek habis putus, masih labil *bijaksana ya gw, tapi tetep aja sange ga bisa di tahan bos*

akhirnya gw grepe toket dia lumayan lama, gw remes tuh toket sambil gw jilatin lehernya
“ahhh bangggg” desah dita
“dit , gw buka ya?” tanya gw
“ahh, heeh bang” jawab dita sambil ngedesah


akhirnya gw buka cardigan dia, dan kaos nya,
wuhuuuu toketnya mulus sekali di balut BH bewarna hitam
tanpa basa basi, gw menuju toketnya
tapi tiba tiba dita bilang
“bang, tapi jangan bilang siapa2 ya bang”
“woles dit, gila aja gw bilang2” jawab gw

akhirnya gw jilatin pentilnya yg udah tegang. sambil ngeliatin mukanya dita yg merem melek gw makin sange.
“ahhhhhh banh pelan pelannn bangg” desah dita

dan gw arahin tangan dita ke arah ****** gw.
secara otomatis dita ngebuka resleting celana dry gw,hehe
dengan berdiri tegak, ****** gw berada di alam terbuka *lebay*
“dit, kocokin dit” pinta gw
“heehhh” kata dita sambil ngedesah

akhirnya gw dikocokin ama dita, gw mulai ngedesah keenakkan, sambil jari jari tangan kiri gw bergentanyan di daerah pantat dia, karena dia pake baju kecil banget, jadi waktu dia kocokkin gw, bajunya keangkat dan keliatan belahan pantatnya.

dita akhirnya nyepongin gw tanpa gw suruh,
“ahhh terus dit aah erhhh” kali ini gw yang ngedesah

tanpa sadar gw udah mau keluar,
“Dit, udahan dulu dit, gw udah mau keluar” pinta gw
“ya udah bang, jangan lama-lama, ga enak di depan rumah” kata dia

ya udah akhirnya dia kocokin gw sambil di sepong tuh ****** gw,

“CROT CROT CROT” Poker Online

akhirnya gw keluarin peju peju gw di dalem mulut dia. dia pun buka pintu mobil dan ngebuang peju gw di jalan *hardcore juga nih cewek, kalo tiba-tiba ada yg liat gimana*

setelah beres2, gw nanya ke dita

“Dit , sorry yaa”
“Gapapa bang, yaelah woles aja kali bang, gw juga ga nolak kan” kata dita

“tapi tadi lo bilang ga enak di depan rumah, berarti kalo di tempat lain boleh dong,hehe” tanya gw nakal

“hahaha, ya udah bang, thank you bang ya” dita berusaha ga jawab, dan mengalihkan topik,haha

akhirnya si dita pulang, dan gw pun pulang, senang banget hari itu gw bisa nikmatin bacol gw di kampus

selama gw kuliah di *sensor*, gw ama dia jadi TTMan, tapi sekarang udah jarang, karena gw udah fokus skripsi doain skripsi gw ya .

Post By : Bet2Poker

Cerita Dewasa Terbaru - Nikmatnya Memperkosa Calon Pengantin Baru


Aku pernah berbagi kisah dengan teman-teman pembaca semua, dan aku akan melakukan hal yang sama sekarang untuk yang kedua kalinya. Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 1999 di bulan November, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat.

Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Nina **** (edited). Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.

Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.

“Aku pindah ke belakang ya..” kataku.
“Kenapa?”
“Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya”, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.
“Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah”, katanya polos.
Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba..
“Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu”, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.
“Don.. apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.
“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.
Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.
“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..!”
“Ehh.. iiya.. iyahh..” jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.
“Bawa ke Pinang Inn.. cepat!” bentakku lagi.

Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.
“Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti?” ancamku lagi sambil berganti posisi.
Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.
“Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup..” pesanku sesampainya di parkiran Pinang Inn.
Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.
“Keluar..!” Agen Poker uang Asli

Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.

“Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?”
“Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.
“Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar..”
Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.
“Jangann Don.. kumohon jangan..” pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.“Hei.. Nin.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..?” ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras.
“Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah..”, ejekku kesenangan.

Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.


“Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh..” Nina sampai terduduk.
Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita.. munafik.”
“Ayo.. Nin.. ayo..” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Nina tidak bertindak ceroboh.
Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.

“Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..?” olokku.
“Don.. jangannhh.. janganh..” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.
“Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati..” kataku sambil melanjutkan jilatanku.
Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.
“Oghh.. sshh..”

Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. “Sshh.. terrusshh..”
Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.
“Donnhh.. Donhh..” Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.
“Aduh.. Nin.. yang benar aja dong..” ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
“Maaf.. maaf Donhh..”
Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.
“Don.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku..” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.

“Kamu masih perawan nggak?” tanyaku ketus.“Iyah.. masih..”
“Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi..”
“Ah..” dia tercekat.
“Don.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Don.. kumohon Don..”
“Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang..” kataku cepat sambil mendekatinya lagi.
“Don.. jangan.. kumohon..”
“Diam!”
“Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu..” ancamku.

Nina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.
“Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.
“Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini..” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik.
“Cuma itu?” tanyaku lagi. 

Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.
“Ahh..” aku mengerang merasa nikmat sekali.
Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.
“Auhhgghh..”
“Jangan dilepas..” seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap. Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya. Agen Capsa Susun Online

“Oghh.. Ahh..” Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.
“Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh..” pintanya.
Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati. 

Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya.
“Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh..” serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.
“Sekarang waktunya Nin.”
Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya.

“Jangann.. kumohon Donh.. jangan..” serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.
“Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.”
“Oh ya? Kalau dari anus mau nggak?” tantangku.
Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.
“Yah.. terserah kamu Don..”
“Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.
“Nih.. pegang.. masukin..” Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.
“Don.. apa tidak ada cara lain?”
“Cara lain? Ada-ada saja kamu.. Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.

“Donn.. sakitt.. jangann..” rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun tak peduli.
“Ayo.. dimasukin..” kali ini pisau kutekan lagi.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.
Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya.
“Sulit.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don..”
“Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu.

Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah.
“Augghh.. Ahh..” jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.

“Nin.. ludahin ke bawah.. yang banyak..” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.


“Ayo dicoba lagi..”
Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. “Ah.. Shh”
Dan.., “Oogghh.. aahh.. Shh..”
Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.
“Donnhh.. aku benci.. kaamu..”
Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.
“Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kamu.. shh.. oghh”,

Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. “Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..”
Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. “Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Don.. ahh.. uhh..” dia memukul dadaku keras sekali.

Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. “Ahh.. ahh..” Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.
“Nikmatnya memek perawan kamu Nin..” kataku tersenyum senang.
Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati. bandar Judi Poker Online

“Kamu puas sekarang.. bukan begitu Don?” ejeknya di sela tangisnya.
Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar. Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya. “Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Don.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass..” katanya sambil mengangis lagi.

Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai. Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas budi. Hehehe..

Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan.
“Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt”, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya. “Donn.. enakhh.. nikmathh..”
Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. “Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. berhenti”, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. “Uhh.. sshh”, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.

“Donhh.. bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.
Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.
“Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh”, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.
“Don.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat..”
“Silakan.. saajahh..”
Kami berdua berbicara tak karuan.
“Oughh.. aihh.. sshh”, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.
“Donh.. kamu.. kamu..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Tiba-tiba.., “Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah..” serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan, “Oughh.. oughh.. oughh.. oughh..” tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.

“Rasakan nihh.. bajingan.. shh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.
“Aduh..Nin..” pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.
“Don.. Don..” dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.
“Nin.. ahshh..”
“Donhh..”
Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.

“Don.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”
“Hutang apa?” tanyaku.
Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.
Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.
“Ayo pulang..” ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.

“Nin.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu”, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam.
“Oke.. Nin.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi.”
Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi.
“Bye.. Nin..” Aku segera beranjak pergi.

Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya). Cerita Mesum Ngentot Calon Pengatin

“Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku”, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.

Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat sobat semua. Ups.. ternyata sekarang ada janji dengan Tante Stella.

Post By : Bet2Poker